Nyadran/Ruwahan/Ziarah Kubur
Nyadaran
disebut juga ruwahan sering diawali dengan bersih-bersih makam. Ada
juga yang membangun kuburan dengan membuat kubah atau sekedar cungkup
(rumah kecil). Atau sekedar renovasi atau mengecat batu nisan. Ini
biasanya dilakukan pada tanggal 15 Sya’ban, dilanjutkan dengan selamatan
berupa kenduri atau hidangan tumpeng, atau lainnya seperi kolak, apem,
nasi ketan. Kadang di beberapa daerah ada juga yang menyembelih kurban,
biasanya berupa kambing, tapi ada juga yang berupa ayam, bahkan sapi
yang ditujukan kepada mayat yang dikubur, ada juga yang lalu kepala
ditanam sebagai sesaji, dan dagingnya dimasak dan kemudian dimakan di
kuburan. Pengajian juga sering diadakan di kuburan dengan mengundang
kiai dari luar daerah, atau kiai setempat.
Selamatan
dibuat agar Allah, ada juga yang berpendapat ditujukan kepada roh
leluhur, atau yang “menunggu” kampung, agar penduduk desa diberikan
keselamatan, jauh dari balak.
Setelah
itu para penduduk ziarah ke kuburan orang tua, nenek moyang, para wali,
nenek moyang, juga kepada orang yang dianggap alim, kuburan pejabat.
Ini biasa berlangsung setelah tanggal 15 hingga akhir Sya’ban. Hal ini
dilakukan dengan membaca al-Quran, shalat, iktikaf, bahkan thawaf
(mengelilingi kuburan)